PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
Oleh:
Sabiq Siskawanto
Abstrak:
Perkembangan
atau pertumbuhan anak didik merupakan hal yang penting untuk dipelajari bagi
calon pendidik maupun pendidik. Banyak para pendidik yang kurang mengerti dan
memahami arti sebuah perkembangan anak didik sehingga banyak juga para pendidik
yang menerapkan sistem pembelajaran tanpa mengetahui perkembangan anak
didiknya. Hal ini akan mempengaruhi ketidakseimbangan antara perkembangan anak
didik dengan sistem pembelajaran, sehingga hal ini menyulitkan anak didik untuk
menerima sistem pembelajaran yang ada. Dengan kita mengetahui perkembangan anak
didik akan mudah mengetahui sistem pembebelajaran yang efektif, efisien,
terarah dan mudah untuk dimengerti para anak didik. Maka untuk mengembangkan potensi
yang ada pada anak didik untuk menjadi generasi muda yang diunggulkan nusa dan
bangsa, maka diperlukan pemahaman perkembangan anak didik. Dengan demikian kita
selaku calon pendidik ataupun pendidik, kita wajib mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan anak didik.
Kata
kunci: perkembangan peserta didik
Pendahuluan
Dari lahir
sampai kurang lebih usia 2 tahun, bayi memahami dunia mereka melalui
pancaindera mereka. Pengetahuan mereka didasarkan pada tindakan-tindakan fisik,
dan pemahaman mereka terbatas pada kejadian-kejadian saat ini atau tidak jauh
dari waktu lampau. Hanya apabila akan-anak mengalami transisi dari tahap sensorimotor ke tahap praoperasional
(pada usia sekitar 2 tahun) dan mulai berbicara dan menggunakan pikiran-pikiran
atau konsep-konsep untuk memahami dunia mereka. Meskipun demikian, selama tahap
praoperasional, pikiran-pikiran mereka masih pralogis, terkait dengan tindakan-tindakan
fisik dan cara bagaimana benda-benda tampak pada mereka. Kebanyakan peserta
didik tetap berada pada tahap praoperasional perkembangan kognitif sampai
mereka berusia 7 atau 8 tahun. Normalnya anak-anak mengembangkan
keterampilan-keterampilan berbahasa dasar sebelum masuk sekolah. Perkembangan
bahasa meliputi dua-duanya, komunikasi lisan dan tertulis. Kemampuan-kemampuan
verbal berkembang amat dini, dan menjelang usia 3 tahun, peserta didik-peserta
didik sudah menjadi pengoceh yang terampil. Pada akhir masa
anak usia dini,
mereka dapat menggunakan dan memahami sejumlah besar kalimat, dapat terlibat
dalam pembicaraan yang berkelanjutan, dan mengetahui tentang bahasa tulisan (Gleason,
1981). Meskipun terdapat perbedaan individual dalam kecepatan peserta didik
memperoleh kemampuan berbahasa, urutan perolehan itu serupa untuk seluruh
peserta didik. Pada sekitar usia 1 tahun, anak-anak mengucapkan
ungkapan-ungkapan satu-kata seperti “da-da” dan “mama”. Kata-kata ini secara khusus
menyatakan objek-objek dan kejadian-kejadian yang penting bagi peserta didik
tersebut. Sepanjang perjalanan kehidupan tahun kedua, perbendaharaan kata anak
bertambah bersamaan dengan pengetahuan mereka tentang aturan-aturan bahasa
lisan. Menjelang waktu mereka mulai sekolah, anak-anak telah menguasai hampir
seluruh aturan-aturan tatabahasa, dan perbendaharaan kata mereka terdiri dari
ribuan kata-kata.
Santrock Yussen
(1992), mengatakan bahwa perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang
berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat
involusi. Pendapat ini sangat tepat untuk menjelaskan pengertian perkembangan.
Manusia berkembang tidak hanya dari masa kelahiran saja tetapi dari masa
konsepsi manusia sudah mulai berkembang. Masa konsepsi mempunyai arti waktu
dimana sel telur (ovum) bertemu
sperma. Pada saat itu pula manusia berkembang hingga mempunyai bagian-bagian
tubuh yang lengkap. Perkembangan manusia akan terus berlanjut sampai saat
pengambilan ruh tiba. Semua makhluk Tuhan tidak akan tahu kapan perkembangan
dalam dirinya itu terhenti. Menurut E.B Hurlock perkembangan bersifat
kualitatif dan kuantitatif, artinya proses perkembangan ada yang dapat diukur
dan adapula yang tidak dapat diukur. Misalnya perkembangan otak manusia tidak
dapat kita lihat proses perkembangannya, yang kita lihat adalah
gejala-gejalanya. Demikian pengertian dari perkembangan itu sendiri.
Selanjutnya pengertian pertumbuhan menurut Drs. H. M.
Arifin, M.Ed, pertumbuhan merupakan suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat
atau ukuran dimensif serta bagian-bagiannya. Dalam pengertian tersebut dapat
kita ambil gagasan bahwa manusia dikatakan mengalami pertumbuhan jika dalam
dirinya terjadi penambahan fisik, misalnya bertambah tingginya tubuh individu,
penambahan berat badan dan ukuran bentuk dari bagian-bagian tubuh individu. Hal
ini menandakan bahwa pertumbuhan bersifat kuantitatif.
Sekarang kita
tahu perbedaan perkembangan dan pertumbuhan, dimana keduanya merupakan bentuk
perubahan dalam diri individu. Dalam
pengertian yang kita kemukakan di depan perkembangan manusia bersifat
kualitatif. Intinya bahwa pengertian pertumbuhan dapat mencakup pengertian
perkembangan, namun pengertian perkembangan tidak semuanya diartikan dalam
petumbuhan. Perkembangan mengacu pada bagaimana seorang tumbuh, beradaptasi,
dan berubah disepanjang perjalanan hidupnya. Orang tumbuh, beradaptasi, dan
berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan
sosioemosional (sosial dan emosi), perkembangan kognitif (berpikir), dan
perkembangan manusia menurut teori Piaget (kognitif dan moral) serta teori
perkembangan kognitif menurut Lev Vygotsky. Setidaknya ada lima faktor yang
dapat memengaruhi kinerja peserta didik kita, yaitu lingkungan keluarga,
atmosfer persekawanan, sumber daya sekolah, kecerdasan yang berasal dari dalam
diri sendiri, dan aksesibilitas pencapaian informasi.
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kpdrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain : (1) Aspek Paedogogis. Dalam aspek ini para pendidik mendorang manusia sebagai animal educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dresser. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan. (2) Aspek Sosiologi dan Kultural. Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu makhlik yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat. (3) Aspek Tauhid. Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga homoriligius (makhluk yang beragama).
Sedangkan Karateristik peserta didik meliputi perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan perkembangan intelektual/mental. Perkembangan intelektual peserta didik melalui empat tahap yaitu sensorimotor, praoperasi, operasi konkrit, dan operasi formal.
Perkembangan Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam. Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik sangat dipengaruhi oleh pandangan pendidik itu sendiri terhadap peserta didik. Dalam hal ini anak ( peserta didik ) merupakan sarana dalam proses pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangannya yang dialami oleh peserta didik sangat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor pembawaan ( warisan ), faktor lingkungan dan faktor kematangan ( internal ). Dalam proses perkembangan seseorang, ada beberapa aliran yang menjelaskan tentang teori perkembangan, antara lain :
Aliran Nativisme.Dalam aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa ( Arthur Sckonenhauer : 1788 – 1860 ). Faktor pembawaan ini bersifat kodrati dari lahir dan tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar. Faktor inilah yang akan membentuk kepribadian manusia.2. Aliran Empirisme Pada aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata tergantung pada lingkngan dengan pengalaman pendidikannya ( John Locke ). 3. Aliran KonvergensiAliran ini adalah gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme.
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kpdrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain : (1) Aspek Paedogogis. Dalam aspek ini para pendidik mendorang manusia sebagai animal educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dresser. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan. (2) Aspek Sosiologi dan Kultural. Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu makhlik yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat. (3) Aspek Tauhid. Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga homoriligius (makhluk yang beragama).
Sedangkan Karateristik peserta didik meliputi perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan perkembangan intelektual/mental. Perkembangan intelektual peserta didik melalui empat tahap yaitu sensorimotor, praoperasi, operasi konkrit, dan operasi formal.
Perkembangan Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam. Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik sangat dipengaruhi oleh pandangan pendidik itu sendiri terhadap peserta didik. Dalam hal ini anak ( peserta didik ) merupakan sarana dalam proses pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangannya yang dialami oleh peserta didik sangat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor pembawaan ( warisan ), faktor lingkungan dan faktor kematangan ( internal ). Dalam proses perkembangan seseorang, ada beberapa aliran yang menjelaskan tentang teori perkembangan, antara lain :
Aliran Nativisme.Dalam aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa ( Arthur Sckonenhauer : 1788 – 1860 ). Faktor pembawaan ini bersifat kodrati dari lahir dan tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar. Faktor inilah yang akan membentuk kepribadian manusia.2. Aliran Empirisme Pada aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata tergantung pada lingkngan dengan pengalaman pendidikannya ( John Locke ). 3. Aliran KonvergensiAliran ini adalah gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme.
Karakteristik
Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan
kepentingan orang lain).
Berkat perkembangan sosial anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan
sosila ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan
pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan
kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab.
Pada masa remaja berkembang ”social
cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami
orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi,
minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”,
yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang
diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat
dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan
pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan
perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan
melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Selama masa dewasa, dunia sosial dan
personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan
masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan
yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam
beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan
oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga
dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan diri secara khusus dala
karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan
psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting,
yaitu keintiman, generatif dan integritas.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Sosial Peserta Didik
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan,
dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi. (1) Keluarga merupakan
lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di
dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada
dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak.
Proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan
diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh
keluarga. (2) Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan
psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima
pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di
samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan
demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik
sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
(3) Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan
sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak,
bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya
yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam
pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma
yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari
pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif
yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan
sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya.
Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal
ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari
kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya
sendiri. (4) Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat
pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan
warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa
yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan
anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta
didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah).
Kepada
peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi
dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan
antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. (5) Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual
tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan
intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara
seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap
saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam
kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang
berkemampuan intelektual tinggi.
Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial anak, mereka
dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi
diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya
dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang
lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh
ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan
orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering
menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan
keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris
sering terlihat, diantaranya berupa :
1.
Cita-cita dan idealisme
yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran
sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan
praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan
berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan
penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka
sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa
egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.
Implikasi Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan
Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati
dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya.
Mereka belummemahami benar tentang norma-norma social yang berlaku di dalam
kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan social yang
kuarang serasi, karena mereka sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi
dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan
sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena
itu, diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan social remaja yang diawali
dari lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat. (1) Lingkungan Keluarga:
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan
jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung
jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara
maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu anak
memiliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan perasaannya. Dengan
cara demikian, remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai,
dan dihormati sebagai manusia oleh orang tua dan anggota keluarga
lainnya.
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja,
Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua yaitu : (a)
Pola asuh bina kasih (induction) yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik
anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap
keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya. (b) Pola asuh unjuk kuasa (power assertion) yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik
anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak
meskipun anak tidak dapat menerimanya. (c) Pola asuh lepas kasih (love
withdrawal)
yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik
anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak
menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau
melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu
dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja,
termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan
oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan
yang diambil oleh orang tua tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang
diberikan orang tua terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan
penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat
mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau
tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya.
(2) Lingkungan Sekolah: Di dalam mengembankan hubungan social remaja, guru juga harus mampu
mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis, guru harus berupaya
agar pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak
jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak
bermanfaat. Tugas guru tidak hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik.
Artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan
kepada peserta didik, juga harus membina para peserta didik menjadi manusia
dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian, perkembangan hubungan sosial
remaja akan dapat berkembang secara maksimal.
(3) Lingkungan Masyarakat:
(a) Penciptaan kelompok sosial
remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah
perilaku yang bermanfaat. (b) Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya
untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.
Pengertian Perkembangan
Kepribadian
Secara etimologis, kepribadian merupakan
terjemahan dari Bahasa Inggris “personality”.
Sedangkan istilah personality secara
etimologis berasal dari Bahasa Latin “person”
(kedok) dan “personare” (menembus).
Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk
memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan
yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan
melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk
gambaran manusia tertentu. Misalnya, seorang pemurung, pendiam, periang,
peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu
sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui
kedok yang dipakainya.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepribadian
Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan (seperti fisik, sosial,
kebudayaan, spiritual). (1) Fisik:Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi
perkembangan kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau
tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau
sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ
tubuh. (2) Intelegensi: Tingkat intelegensi individu dapat
mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Idividu yang intelegensinya tinggi
atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar,
sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (3) Keluarga: Suasana atau iklim keluarga sangat
penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan di
lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, dalam arti orang tua memberikan
curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga,
maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang
dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken
home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak
memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya
cenderung akan mengalami distorsi
atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
(1) Perkembangan social adalah berkembangnya tingkat hubungan
antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kenutuhan hidup manusia.
(2) Perhatian remaja mulai tertuju
pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang
norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk
kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya. (3) Perkembangan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan
kapasitas mental terutama intelek dan emosi. (4) Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan
proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja
keras, remaja yang mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois dan sebagainya.
(5) Pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai sejak
terjadinya konsepsi yaitu pertemuan antara ovum
dan sperma, pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung terus dalam kandungan kemudian lahir sampai usia tua
dan akhirnya berjhenti pada kematian. (6) Dari lahir sampai tua perkembangan dibagi dalam empat
periode yaitu periode anak, periode remaja, periode dewasa dan periode tua
dimana masing-masing periode tidak berdiri sendiri secara terpisah melainkan
saling berkaitan. Periode yang
mendahului merupakan dasar bagi periode berikutnya dan masing-masing periode
memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
Daftar Referensi
Kurnia, inggrid
dkk. 2007. Perkembangan Belajar
Peserta Didik. Tidak diterbitkan.
Sunarto, Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2010. Perkembangan
Hubungan Sosial Remaja. (Online). (http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang-perkembangan-hubungan.html).
Diakses tanggal 2 Nopember 2011.
2007. Perkembangan
Sosial Anak. (Online). (http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/).
Diakses tanggal 2 Nopember 2011.
2010. Perkembangan
Hubungan Sosial. (Online). (http://www.g-excess.com/id/makalah-dan-pengertian-hubungan-sosial.html). Diakses tanggal 2 Nopember 2011.
2011.
Faktor-faktor Pengaruh Perkembangan http://abyfarhan7.blogspot.com/2011/12/faktor-faktor-pengaruh-perkembangan.html.
Diakses tanggal 23 juni 2012
2011
Perkembangan Peserta Didik http://rustiani-perkembanganpesertadidik.blogspot.com/2011/06/defenisi-ppd.html#more.
Diakses tanggal 23 juni 2012
2011
Perkembangan Bahasa Peserta Didik Usia Dini http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/perkembangan-bahasa-peserta-didik-usia-dini.
Diakses pada tanggal 23 juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar